Tari
Tradisional Maluku Utara
Tari Tradisional Maluku Utara | tradisikita.my.id - Tari daerah atau dikenal juga sebagai tari daerah
merupakan identitas suatu provinsi dibidang seni dan budayanya. Keunikan seni
tari daerah ini turut serta menarik para wisatawan dalam dan luar negeri untuk
berkunjung dan menjelajahi keindahan alam di provinsi tersebut. Tidak
terkecuali dengan tari daerah / tari tradisional dari Maluku Utara.
Keunikan tari tradisional Maluku Utara ini terus dipromosikan diberbagai kegiatan di Provinsi yang terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, melalui UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Untuk menjelajah keunikan tari tarian daerah Maluku Utara ini, tradisikita telah merangkum dari berbagai sumber dan kami sajikan khusus untuk Sobat tradisi yang mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berikut ini daftar tari tradisional Maluku Utara :
Keunikan tari tradisional Maluku Utara ini terus dipromosikan diberbagai kegiatan di Provinsi yang terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, melalui UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Untuk menjelajah keunikan tari tarian daerah Maluku Utara ini, tradisikita telah merangkum dari berbagai sumber dan kami sajikan khusus untuk Sobat tradisi yang mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berikut ini daftar tari tradisional Maluku Utara :
1. Tari Tradisional Maluku Utara - Tari Cakalele
Tari Cakalele adalah tarian daerah Maluku yang masuk dalam kategori tari tradisional berupa tari perang. Tari Cakelel adalah tarian tradisional yang pada umumnya ditarikan oleh sejumlah pria, namun ada juga beberapa penari wanita sebagai pendukung.
Menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa tari cakalele berasal dari tradisi tarian di Maluku Utara. Tari tarian semacam ini dilakukan oleh para prajurit didaerah Maluku Utara yang akan pergi maupun ketika pulang dari medan perang. Selain itu, tarian cakalelel juga kerap dilakukan pada acara - acara ritual / upacara adat masyarakat Maluku Utara.
Seiring perkembangan waktu, tari cakelele ini kemudian menyebar ke daerah lainnya seperti di wilayah Maluku Tengah dan sebagaian wilayah Sulawesi yaitu Sulawesi Utara. Didalam masyarakat minahasa, dikenal pula tarian perang semacam tari Cakalele yang dikenal dengan nama tari Kabasaran.
Dalam pertunjukannya penari pria menari menggunakan atribut berupa parang (pedang) dan salawaku (tameng). Sedangkan penari wanita biasanya menggunakan lenso (sapu tangan). Selain itu dalam Tari Cakalele ini, biasanya dipimpin oleh seorang penari yang berperan sebagai Kapitan (pemimpin tarian) dan seorang yang menggunakan tombak yang menjadi lawan tandingnya.
Tari Cakalele dibawakan dengan diiringi oleh iringan musik tradisional seperti tifa, gong, dan bia (kerang yang ditiup). Irama yang dimainkan dalam mengiringi tarian ini biasanya merupakan irama yang bertempo cepat layaknya genderang perang pada zaman dahulu, sehingga dapat memicu semangat para penari dan tak jarang membuat para penonton terbawa suasana tersebut. Gerakan para penari biasanya disesuaikan dengan musik pengiring ini. Karena kadang irama yang dimainkan bisa jadi kode saat berganti gerakan atau formasi para penari.
Adapun kostum atau pakaian adat yang dikenakan para penari pria biasanya menggunakan pakaian perang yang didominasi warna merah dan kuning tua, serta dilengkapi dengan senjata seperti parang, salawaku, dan tombak. Untuk kostum kapitan biasanya menggunakan penutup kepala yang dihiasi dengan bulu-bulu ayam. Sedangkan untuk penari wanita biasanya menggunakan pakaian adat berwarna putih dan kain panjang pada bagian bawah. Serta menggengam lenso atau sapu tangan sebagai atribut menarinya.
2. Tari Tradisional Maluku Utara - Tari Bambu
Gila
Tarian Bambu Gila adalah tarian yang sangat mistis yang ada
di daerah hutan bambu dikaki gunung Gamalama Provinsi Maluku Utara.
Awalnya tarian bambu gila ini digunakan untuk
memindahkan kapal kayu yang telah jadi dibuat dari gunung ke pantai . Tarian
bambu gila juga digunakan untuk memindahkan kapal yang sudah kandas di laut .
Bahkan untuk para raja-raja, tarian bambu gila ini juga digunakan untuk melawan
para musuh yang datang untuk menyerang . Namun dizaman sekarang, tarian bambu
gila kerap dijadikan sebagai hiburan pada saat ada acara adat dan pesta .
Tarian bambu gila dipertunjukan dengan
menggunakan ruas bambu yang berukuran kira - kira 10 - 15 meter . Sebelum
tarian ini dimulai pertama-tama pawang akan membakar kemenyan atau dupa
terlebih dahulu dengan diiringi pembacaan doa agar diberikan keselamatan hingga
selesai memainkan. Setelah itu bambu tersebut berguncang dengan perlahan
semakin lama bambu tersebut akan semakin kencang.
Tarian Bambu Gila dimainkan oleh 6 orang pemain
dan 1 orang pawang. Keenam penari bambu gila bertugas menahan bambu yang
beratnya bisa berton-ton yang terus bergerak bebas. Adapun musik yang
mengiringi tarian bambu gila ini adalah musik tradisional yang dimainkan dari
alat musik tradisional maluku utara seperti tifa, gendang, gong dan lain
sebagainya.
3. Tari Tradisional Maluku Utara - Tari Soya-Soya
Tari soya soya adalah tari tradisional yang berasal
dari Maluku Utara. Tari Soya soya ini menggambarkan tentang perjuangan
masyarakat Kayoa, di Kabupaten Halmahera Selatan pada zaman dahulu.
Tari Soya-soya waktu itu untuk mengobarkan
semangat pasukan setelah meninggalnya Sultan Khairun pada 25 Februari 1570.
Saat itu, Tarian Soya-soya dimaknai sebagai perang pembebasan dari Portugis
hingga jatuhnya tahun 1575. Pada masa berikutnya Kesultanan Ternate menjadi
penguasa 72 pulau berpenghuni di wilayah timur Nusantara hingga Mindanao
Selatan di Filipina dan Kepulauan Marshall. Di tahun 1570-1583 memang sedang
terjadi penyerbuan ke Benteng Nostra Senora del Rosario (Benteng Kastela),
diujung Selatan Ternate oleh Sultan Babullah (Sultan Ternate ke-24) dan
pasukannya. Penyerbuan ini bertujuan untuk mengambil jenazah ayahanda Sultan
Babullah, yaitu Sultan Khairun yang dibunuh oleh tentara Portugis. Pertempuran
itu menandai kebangkitan perjuangan rakyat Kayoa terhadap penjajah dengan
mengepung benteng tersebut selama 5 tahun pada akhir abad ke-16.
Pakaian tradisional atau kostum yang dikenakan dalam tari Soya-soya ini
adalah pakaian berwarna putih dan kain sambungan mirip rok berwara-warni, yaitu
merah, hitam, kuning, dan hijau. Setiap penari mengenakan ikan kepala berwarna
kuning (taqoa) yang
merupakan simbol seorang prajurit perang. Perlengkapan yang digunakan adalah
berupa pedang (ngana-ngana) dari bambu berhiaskan daun palem (woka)
berwarna merah, kuning dan hijau, serta dipasangkan kerincing atau biji jagung
di dalamnya. Selain itu, para penari juga membawa perisai (salawaku).
Sedangkan musik pengiring tari Soya-soya adalah musik tradisional Maluku Utara yang dimainkan dari alat musik gendang (tifa), gong (saragai), dan gong yang berukuran kecil (tawa-tawa). Gerakan di tarian ini menggambarkan terlihat seperti menyerang,
mengelak dan menangkis. Jumlah penari soya-soya sendiri tidak ditentukan. Bisa
hanya empat orang dan bahkan hingga ribuan penari.
4. Tari Tradisional Maluku Utara - Tari Tide-tide
Tari tide tide adalah tarian
tradisional khas suku Togela (tobelo dan Galela) daerah Halmahera Utara yang
dipentaskan pada saat pesta rakyat maupun pesta perkawinan.
Gerakan pada tarian Tidetide memiliki makna tertentu yang dapat diartikan sebagai bahasa pergaulan sehingga Tidetide juga dikenal sebagai tari pergaulan dari Maluku Utara. Tarian ini dibawakan oleh kelompok penari pria dan wanita yang berjumlah 12 orang sambil diiringi tabuhan musik tradisional dari alat musik tifa, gong dan biola. tarian Tide-Tide yang berasal dari daerah ternate dan tarian tersebut mempunyai ciri khas adat seatoran Maluku kie raha sehingga tarian ini di pakai dalam upacara perkawinan maupun acara hajatan dan lain-lain. Tarian ini memiliki arti kesuburan alam semesta serta motif-motif mistik.
Sebagai tarian adat tide-tide merupakan bentuk tarian tradisional yang sudah sangat kuno. Tarian ini aslinya tidak bersifat liris, ditarikan secara duet oleh penari putera- puteri dalam 2 sampai 6 pasangan.
Gerakan pada tarian Tidetide memiliki makna tertentu yang dapat diartikan sebagai bahasa pergaulan sehingga Tidetide juga dikenal sebagai tari pergaulan dari Maluku Utara. Tarian ini dibawakan oleh kelompok penari pria dan wanita yang berjumlah 12 orang sambil diiringi tabuhan musik tradisional dari alat musik tifa, gong dan biola. tarian Tide-Tide yang berasal dari daerah ternate dan tarian tersebut mempunyai ciri khas adat seatoran Maluku kie raha sehingga tarian ini di pakai dalam upacara perkawinan maupun acara hajatan dan lain-lain. Tarian ini memiliki arti kesuburan alam semesta serta motif-motif mistik.
Sebagai tarian adat tide-tide merupakan bentuk tarian tradisional yang sudah sangat kuno. Tarian ini aslinya tidak bersifat liris, ditarikan secara duet oleh penari putera- puteri dalam 2 sampai 6 pasangan.
5. Tari Tradisional Maluku Utara - Tari
Dengedenge
Selain Tidetide, Halmahera Utara juga memiliki Dengedenge sebagai tarian pergaulan yang biasanya dibawakan oleh sekelompok penari pria dan wanita sambil diiringi nyanyian-nyanyian berupa syair pantun yang memiliki makna cinta dan harapan di masa depan. Tidak jarang tarian ini diakhiri dengan sebuah kesepakatan untuk menikah antara si penari pria dan wanita. Nyanyian pengiring Dengedenge dibawakan dengan cara saling berbalas-balasan
6. Tari Tradisional Maluku Utara - Tari Gumatere
Tari Gumatre adalah sejenis tarian tradisional masyarakat Maluku Utara yang dimaksudkan untuk meminta petunjuk atas suatu persoalan ataupun fenomena alam yang sedang terjadi. Tarian ini dibawakan oleh 30 orang penari pria dan wanita.
Penari pria menggunakan tombak dan pedang sedangkan penari wanita menggunakan lenso. Yang unik dari tarian ini adalah salah seorang penari akan menggunakan kain hitam, nyiru dan lilin untuk ritual meminta petunjuk atas suatu kejadian. Gumatere merupakan tarian tradisional rakyat Morotai.
Referensi :
1. http://sarahmayangsari.blogspot.co.id/2014/06/tarian-adat-maluku-utara.html
2. http://kidnesia.com/Indonesiaku/Teropong-Daerah/Maluku-Utara/Seni-Budaya/Tari-Soya-Soya-Menyambut-Prajurit-Perang
3. http://gurukatrondeso.blogspot.co.id/2015/11/tarian-tarian-khas-dari-halmahera.html
sumber terkait dalam blog ini, silahkan klik link di sini
No comments:
Post a Comment