Sound System Rakitan

Anda berada pada halaman sound system rakitan. Semoga materi artikel yang ada di bawah ini bermanfaat untuk anda.

Cara Membuat Sound System Rakitan Sendiri

Sound system rakitan adalah perangkat audio yang dalam proses pembutannya dilakukan oleh tangan anda sendiri atau lewat teman anda yang pandai. Kita dapat merakit perangkat audio system mulai dari Mixer, Box Speaker, Power Amplifier, Equalizer dan juga Speaker aktif dengan harga murah.
Sound rakitan ini bisa berupa membuat sendiri peralatan berikut;
  • Cara merakit Power Amplifier rakitan sendiri
  • Cara membuat Mixer audio rakitan
  • Cara membuat Box speaker atau kotak speker
  • Cara membuat Equalizer rakitan
  • Blok alat aksesoris sound system lainnya.
Dengan membuat sendiri Sound rakitan mungkin akan lebih murah bila membeli produk jadi.

Cara Membuat Box Speaker Rakitan

Untuk membuat box speaker  atau wadah speaker bisa anda buat sendiri dengan papan hardboard dengan diameter 5 mm hingga 8 mili meter. Sebelum menggergaji papan ada baiknya mengukur dengan seksama bagan yang telah anda rancang dari ukuran dan jumlah driver speaker yang ingin anda buat.
Permasalahan yang timbul dan menjadi pertanyaan orang adalah bagaimana cara membuat lubang untuk penempatan kerangka speaker ini. Dengan gergaji listrik bermata kecil kita dapat dengan mudah membuat lubang dengan alur lingkaran menggunakan pensil yang telah kita ukur pada dimensi kerangka speaker. Cara sederhana lainnya adalah menggunakan pahat kayu yang dipahat pada bagian alur garis pensil.

Untuk mengetahui keterangan lebih lanjut tentang cara merakit komponen sound system ini maka baca artikel tentang belajar merakit sendiri power amplifier bagi anda pecinta elektronika

Cara Membuat Speaker Aktif Rumahan dan Cara Setting

Sound rakitan terutama speaker aktif bisa terdiri dari perakitan secara utuh dari tangan anda sendiri dari proses menyusun spart elektronik dengan melihat skema dan kemudian menyoldernya di papan PCB.
Versi kedua yaitu dengan membeli modul PCB jadi siap pakai. Coba buka halaman speaker aktif pada kategori speaker di halaman ini bila ingin melihat cara membuat aktif speker. Bila elah jadi maka speaker aktif ini bisa menjadi sound system rumahan

Cara Merakit Sound System Lapangan dan Cara Setting

Bila anda ingin mengetahui bagaimana cara merakit audio lapangan maka anda perlu untuk banyak mengamati tentang kemampuan suatu speaker dan juga karakteristik dari daya Power Amplifier. Coba anda buka halaman tentang Sound Lapangan di menu atas dan juga speaker agar anda dapat mengetahui katakteristik apa saja yang diperlukan dalam sound lapangan dan cara menyetingnya.

Terimakash atas kunjungan anda pada halaman teknik dasar setting sound system ini
Semoga bermanfaat.

Pong Tiku

Pong Tiku (atau Pontiku dan Pongtiku; 1846 – 10 Juli 1907), dikenal dengan nama Ne' Baso, adalah pemimpin dan gerilyawan Toraja yang beroperasi di Sulawesi bagian selatan, sekarang bagian dari Indonesia.
Tiku adalah putra penguasa Pangala'. Setelah Tiku menduduki kerajaan Baruppu', ia menjadi raja, lalu menguasai Pangala' setelah ayahnya meninggal dunia. Lewat perdagangan kopi dan persekutuan dengan Suku Bugis di dataran rendah, Tiku mendapatkan kekayaan, tanah, dan kekuasaan yang besar. Semasa Perang Kopi (1889–1890), kota Tondon diserang oleh penguasa lain, namun direbut kembali pada hari yang sama. Ketika pasukan Belanda menyerbu Sulawesi pada awal 1900-an, Tiku dan pasukannya melancarkan serangan dari benteng. Ia ditangkap pada bulan Oktober 1906. Bulan Januari 1907, ia kabur dan menjadi buronan sampai Juni tahun itu. Ia dieksekusi mati beberapa hari setelah tertangkap.
Tiku merupakan pemimpin pemberontakan terlama di Sulawesi. Gubernur Jenderal J. B. van Heutsz menganggap Tiku sebagai ancaman bagi kestabilan pemerintahan Belanda di kawasan itu. Van Heutsz mengutus Gubernur Sulawesi untuk memimpin penangkapannya. Sejak kematiannya, Tiku menjadi simbol pemberontakan Toraja. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2002.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Tiku lahir di dekat Rantepao di dataran tinggi Sulawesi (sekarang Kabupaten Toraja UtaraSulawesi Selatan) pada tahun 1846.[1] Waktu itu, Sulawesi Selatan merupakan pusat perdagangan kopi dan dikuasai oleh beberapa panglima perang. Tiku adalah anak terakhir dari enam bersaudara yang lahir dari salah satu keluarga panglima perang tersebut. Ia merupakan putra dari Siambo' Karaeng, penguasa Pangala', dan istrinya, Leb'ok. Sebagai pemuda yang atletis,[2] Tiku sangat ramah terhadap pedagang kopi yang mengunjungi desanya.[3]
Pada tahun 1880, pecah perang antara Pangala' dan Baruppu', negara tetangga yang dikuasai Pasusu. Tiku pun memimpin serangan ke negara tetangganya. Setelah Pasusu dikalahkan, Tiku menggantikannya sebagai penguasa Baruppu'.[3] Kerajaan yang baru dicaplok ini memiliki sawah yang luas dan aman sehingga Tiku memiliki kekuasaan yang besar. Meski suku Toraja umumnya lebih menghargai tenaga manusia dan membunuh orang secukupnya saja, sejarah lisan Baruppu' mendeskripsikan Tiku sebagai sosok pembunuh yang tidak memandang pria, wanita, atau anak-anak.[4]
Tak lama kemudian, ayah Tiku meninggal dunia. Tiku naik sebagai penguasa Pangala'. Sebagai pemimpin, Tiku berusaha memperkuat ekonomi setempat dengan meningkatkan perdagangan kopi dan persekutuan strategis dengan suku-suku Bugis di dataran rendah. Kesuksesan ekonomi ini membuat para penguasa di sekitarnya menghormati dan mengagumi Tiku.[5][6]

Kopi dan perang saudara[sunting | sunting sumber]

Khawatir akan persaingan dari kerajaan Luwu dan Bone di utara dan Sidareng dan Sawitto di selatan, Tiku berupaya memperkuat pertahanan negaranya. Kerajaan yang dipimpinnya menyepakati beberapa perjanjian dagang.[5] Akan tetapi, masuknya suku Bugis memicu ketegangan antarnegara yang memuncak pada Perang Kopi tahun 1889. Tiku berpihak pada kerajaan-kerajaan selatan yang dipengaruhi Bugis.[7]
Pemimpin militer Bone, Petta Panggawae, dan pasukan Songko' Borrong[a] pimpinannya menyerbu Pangala' dan bersekutu dengan Pong Maramba', seorang penguasa kecil. Panggawae menduduki ibu kota Tondon dan menjarahnya. Tiku dan warga sipil terpaksa meninggalkan wilayah tersebut. Tiku, dibantu pemimpin Sidenreng, Andi Guru, merebut kembali sisa-sisa Tondon malam itu juga.[8] Perang berakhir tahun 1890[7] setelah utusan Belanda – mewakili pemerintah kolonial di Jawa – tiba di Bone. Namun demikian, negara-negara yang masih berdiri saat itu mulai berebut kekuasaan atas perdagangan senjata dan budak; setiap negara saling menukarkan senjata dengan budak. Tiku juga terlibat dalam perdagangan ini.[9]
Tiku akhirnya bersekutu dengan pemimpin Bugis di sekitarnya agar mengurangi ketegangan dan meningkatkan perdagangan.[10] Ia juga mempelajari sistem penulisan dan bahasa mereka sehingga Tiku dapat berkomunikasi dengan para pemimpin Bugis.[11] Pada waktu itu, Tiku sudah menguasai sejumlah wilayah.[12] Untuk menghindari terulangnya penyerbuan Tondon, Tiku mulai membangun tujuh benteng serta beberapa pos pemantau dan gudang di wilayahnya.[10] Benteng-benteng Toraja ini dirancang untuk mencegah serbuan ke lembah yang mengarah ke pusat penduduk. Benteng milik Tiku tersebar antara wilayah timur dan barat kerajaannya.[13] Ia menerapkan sistem pajak untuk mendanai pertahanan kerajaan. Pemilik sawah wajib menyerahkan dua per tiga hasil buminya, sedangkan petani lainnya menyerahkan sepuluh persennya saja.[12]

Serbuan Belanda[sunting | sunting sumber]

Pada 1905, tanah-tanah Bugis dan Toraja sebelumnya telah disatukan dalam empat wilayah utama, yang salah satunya dibawah kepemimpinan Tiku.[14] Pada bulan Juli tahun tersebut, raja Gowa, sebuah negara tetangga, mulai mengumpulkan prajurit untuk bertarung melawan para tukang invasi dan mempertahankan sisa-sisa tanah Toraja dari penaklukan. Ma'dika Bombing, seorang pemimpin dari negara selatan, menunjuk Tiku sebagai asistennya. Sebulan setelah para pengirim kabar disebar, para pemimpin berkumpul di Gowa untuk membuka rencana aksi. Hasilnya, para penguasa lokal berhenti berperang satu sama lain dan berfokus pada Belanda, yang memiliki kekuatan unggul;[15] namun, konflik-konflik internal tak secara keseluruhan mereda.[16] Pada saat sebuah pertemuan dilangsungkan, Belanda mulai membuat penyerduan ke Luwu. Tiku, memerintahkan pengusiran Belanda dari kota pertahanan Rantepo dengan mulai menghimpun pasukannya dan menempatkan pada pertahanan-pertahanannya.[17][18]
Pada Januari 1906, Tiku mengirim para pengintai ke Sidareng dan Sawitto, sementara Belanda yang melakukan invasi, menyelidiki cara bertempur mereka. Ketika para pengintai melaporkan bahwa pasukan Belanda memiliki kekuatan yang besar dan nampaknya menggunakan kekuatan sihir saat melawan pasukan Bugis, ia memerintahkan para pasukan di benteng-bentengnya untuk bersiap dan mulai mengumpulkan cadangan makanan berupa beras;[17][18] sebulan kemudian, Luwu jatuh ke tangan pasukan Belanda, yang membuat pasukan Tiku berpindah ke tempat yang lebih pelosok. Pada bulan Februari, para pasukan Tiku, yang dikirim ke kerajaan-kerajaan selatan, mengabarkan bahwa tak lama lagi kepemimpinan koheren dan dua kerajaan kalah melawan bangsa Eropa. Kabar tersebut membuat Tiku menghimpun pasukan yang lebih banyak lagi dan membentuk dewan militer yang beranggotakan sembilan orang, dengan dirinya sendiri sebagai pemimpinnya.[19]
Pada Maret 1906, kerajaan-kerajaan lainnya semuanya runtuh, meninggalkan Tiku sebagai penguasa Toraja terakhir.[19] Belanda mengambil alih Rantepao tanpa perlawanan, tanpa menyadari bahwa penyerahan kota tersebut diatur oleh Tiku. Melalui sebuah surat, Kapten komandan Belanda Kilian meminta Tiku untuk menyerah, sebuah permintaaan yang enggan ditepati Tiku.[20] Menyadari bahwa Tiku memiliki pasukan dan sejumlah benteng, Kilian tidak berniat untuk melakukan serangan secara langsung. Sehingga, pada April 1906, ia mengirim sebuah kelompok ekspedisioner ke Tondon. Namun pendekatan kelompok tersebut ditolak, setelah pada tengah malam pasukan Tiku menyerang kamp Belanda di Tondon; peristiwa tersebut memaksa pasukan Belanda untuk mundur ke Rantepao sementara pasukan Tiku mengejar serta membuat banyak korban menderita di sepanjang jalan.[21]
Aksi militer Tiku berdasarkan pada pengalamannya bertarung dengan penguasa lain.[22] Sementara itu, Belanda dan pasukan pribumi campuran mereka,[b] tak berhasil mengalahkan pasukan Tiku dan tak tahan dengan cuaca dingin yang terbilang tinggi.[23]

Perlawanan pertama[sunting | sunting sumber]

Pasukan ekspedisioner gagal melakukan kesepakatan terbuka antara Tiku, yang bersembunyi di bentengnya di Buntu Batu, dan pasukan Belanda. Tiku mengirim mata-mata kepada pasukan Belanda di Rantepao. Pada 22 Juni, mata-mata melaporkan bahwa pada malam sebelumnya sebuah batalion Belanda yang terdiri dari sekitar 250 pria dan 500 pengangkut berangkat ke desa tersebut, berjalan ke atas selatan menuju benteng Tiku di Lali' Londong. Tiku memerintahkan agar jalanan disabotase, di mana perjalanan pada saat itu membutuhkan waktu dari satu sampai lima hari. Pada malam 26 Juni, pasukan Tiku menyerang pasukan Belanda di luar Lali' Londong, sebuah serangan di mana Belanda belum mempersiapkan apapun; tidak ada yang dibunuh pada serangan tersebut. Pagi berikutnya, Belanda mempersiapkan sebuah pengepungan di Lali' Londong,[24]menggunakan granat tangan dan tangga. Meskipun tidak biasanya pasukan Belanda tidak menggunakan granat terhadap pemimpin wilayah lainnya, pada siang harinya, benteng tersebut ditaklukan.[25][23]
Kekalahan tersebut mendorong Tiku memperkuat pasukannya.[26] Para pasukan Toraja dipersenjatai dengan senapan, tombak, pedang, dan ekstrak lada cabai,[27] yang disemprotkan ke mata lawan dengan menggunakan sebuah pipa yang disebut tirik lada, atau sumpit, untuk membutakan mereka. Tiku sendiri dipersenjatai dengan sebuah senapan Portugis, tombak, dan labo. Dia mengenakan baju besi pelindung, sebuah sepu (penjaga selangkangan), dan songkok dengan tonjolan yang berbentuk tanduk kerbau, dan membawa perisai yang dihiasi. Bersama dengan tentaranya, Tiku menggali lubang yang diisi dengan bambu yang dibuat di sepanjang rute pasokan Belanda; sehingga orang-orang yang berjalan di atas lubang akan jatuh dan tertusuk. [1][28] Namun, hal tersebut tidak menghentikan penyerbuan Belanda. Pada 17 Oktober 1906, dua benteng lainnya, Bamba Puang dan Kotu, runtuh,[29] setelah beberapa serangan gagal Belanda sejak bulan Juni.[30] Sebagai kampanye melawan Tiku, yang menjadi kampanye yang sangat panjang ketimbang kebanyakan kampanye lainnya pada masa penjajahan, yang menggerogoti otoritas Belanda di Sulawesi, Gubernur-Jenderal J. B. van Heutsz memerintahkan Gubernur Sulawesi Swart untuk memimpin serangan secara pribadi.[23]
Setelah pengepungan yang lama, Andi Guru dan mantan letnan Tiku, Tandi Bunna' – keduanya bekerja untuk Belanda – menghadap Tiku pada 26 Oktober dan menawarkan gencatan senjata. Meskipun awalnya enggan, Tiku dikabarkan memenuhi permintaan masyarakat yang mengingatkannya bahwa ibunya – yang tewas dalam pengepungan tersebut – butuh dikuburkan.[31] Setelah tiga hari masa damai, pada malam 30 Oktober, pasukan Belanda mengambil alih benteng tersebut, mencegat seluruh senjata, dan menangkap Tiku. Ia dan para prajuritnya dipaksa pergi ke Tondon.[32]

Perlawanan kedua dan kematian[sunting | sunting sumber]

Di Tondon, Tiku memulai persiapan pemakaman ibunya dengan menggunakan adat Toraja selama beberapa bulan. Sesambil mengadakan persiapan tersebut, ia mendapatkan seorang penasihat yang mengumpulkan senjata secara rahasia sementara yang lainnya menginginkan benteng-bentengnya di Alla' dan Ambeso.[33] Tiku kemudian membuat persiapan untuk melarikan diri dari penangkapan Belanda; ia juga mengembalikan seluruh harta benda yang ia ambil ketika ia menjadi penguasa, karena ia tahu bahwa tidak akan lama menggunakannya. Ketika berada di Tondon, pasukan Belanda memperdaya seorang pemimpin Toraja.[31] Malam sebelum pemakaman ibunya, pada Januari 1907, Tiku dan 300 pengikutnya melarikan diri dari Tondon untuk menuju ke arah selatan.[34]
Setelah ia dikabari bahwa Belanda mengikutinya, Tiku memerintahkan sebagian besar pengikutnya untuk kembali ke Tondon sementara ia dan lima belas orang lainnya, termasuk dua istrinya, melanjutkan perjalanan ke selatan.[35] Mereka awalnya singgah di Ambeso, namun bentengnya runtuh beberapa hari kemudian, sehingga kemudian mereka melarikan diri ke Alla'. Benteng tersebut runtuh pada akhir Maret 1907 dan Tiku mulai berjalan kembali ke Tondon melalui hutan. Ia dan para pemimpin lainnya, yang beretnis Bugis dan Toraja, mulai terlacak oleh pasukan Belanda.[36] Pemimpin lainnya ditangkap oleh Belanda dan dijatuhi hukuman tiga tahun penjara di Makassar atau diasingkan ke Buton.[37] Sementara itu, Tiku, tetap bersembunyi di hutan.[38]
Pada 30 Juni 1907, Tiku dan dua pasukannya ditangkap oleh pasukan Belanda; ia menjadi pemimpin gerilya terakhir yang ditangkap. Setelah beberapa hari ditahan,[39] pada 10 Juli 1907 Tiku ditembak dan dibunuh oleh pasukan Belanda di dekat Sungai Sa'dan; beberapa laporan menyatakan bahwa ia sedang mandi pada waktu itu.[27] Ia dikubur di peristirahatan keluarganya di Tondol, meskipun sepupunya Tandibua' menjadi penguasa asli Pangala', ia menjabat dibawah kepemimpinan Belanda.[40]

Warisan[sunting | sunting sumber]

Setelah kematian Tiku, pemerintah kolonial berharap ia dilupakan, namun yang terjadi justru sebaliknya.[27] Tandibua' memberontak pada tahun 1917, dan kantong perlawanan kecil bertahan di sejumlah wilayah Sulawesi hingga Belanda terusir akibat pendudukan Jepang.[40] Pada masa pendudukan, pasukan Jepang menggunakan Tiku sebagai simbol perjuangan Toraja terhadap agresi kolonial dan berusaha menyatukan rakyat untuk melawan bangsa Eropa. Akan tetapi, strategi ini gagal di wilayah-wilayah taklukan seperti Baruppu'[41] dan Sesean yang mengenang Tiku sebagai sosok pembunuh dan penculik istri orang.[42]
Pemerintah Kabupaten Tana Toraja mengangkat Tiku sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964.[28] Tahun 1970, tugu penghormatan Tiku didirikan di tepi sungai Sa'dan.[27]Tiku dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui Dekret Kepresidenan 073/TK/2002 tanggal 6 November 2002.[43] Pada hari peringatan kematian Tiku, upacara khusus diselenggarakan di ibu kota Sulawesi Selatan, Makassar.[27] Selain jalan raya, bandara di Tana Toraja juga diberi nama Pong Tiku.[44]
sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Pong_Tiku

Sound System Organ Tunggal

Organ Tunggal dan Sound System
Halaman ini hanya membahas permasalahan sound system orgen tunggal saja beserta apa saja aksesoris yang diperlukan di dalamnya.

Hubungan Aplikasi Organ Tunggal dan Sound System

Aplikasi organ tunggal ini tentu akan berhubungan dengan hasil suara yang dikeluarkan oleh keyboard pada sound system. Aplikasi ini biasanya terhubung dengan menggunakan koneksi Musical Isntrument Digital Interface ke Laptop atau komputer dalam mendesain atau memprogram suara musik-musik pengiring yang ada di keyboard.. Sayang sekali halaman ini tidak mengupas masalah ini secara serius, dan hanya terfokus pada audio yang didengarkan di loudspeaker system kita saja.

Organ Tunggal Sound System

Lihat informasi selengkapnya pada beberapa artikel tentang orgen tunggal system di bawah ini 


  • Cara Setting Sound System Panggung Organ Tunggal

    Untuk setting orgen tunggal dapat anda lihat pada menu cara setting sound system. Biasanya di dalam organ tunggal terdapat aksesoris pendukung sound system panggung berupa Speaker Monitor yang bisa terdiri satu atau dua speaker untuk memonitor dan kontrol suara. Salah satu kontrol suara bisa unuk Player dan satunya lagi untuk monitor penyanyi. Namun kita bisa menggunakan hanya satu monitor saja berupa speaker aktif 15 inch yang ditempatkan atau diarahkan pada sudut yang menghadap ke semua sisi terdekat.

    Jasa Sewa Organ Tunggal berserta Sound System

    Mengenai jasa sewa organ tunggal dan juga sound systemnya rata-rata di setiap daerah mungkin berbeda-beda, tergantung jarak transfortasi dan mutu peralatan sound yang dimililiki perental alat sound. Perkiraan harga apabila anda hendak menggunakan jasa alat musik orgen tunggal dan sound system berkisar 3 juta ke atas.


    Terimakasih atas kunjungan anda.


  • sumber
  • http://tehnik-dasar-soundsystem.blogspot.co.id/p/orgen-tunggal.html

Gatot Mangkoepradja

Gatot Mangkoepradja (lahir di SumedangJawa Barat25 Desember 1898 – meninggal di BandungJawa Barat4 Oktober1968 pada umur 69 tahun). Ayahandanya adalah dr. Saleh Mangkoepradja, dokter pertama asal Sumedang.

Karier Organisasi dan Politik[sunting | sunting sumber]

Keterlibatan Gatot Mangkoepradja dalam pergerakan nasional diawali ketika ia bergabung dengan Perhimpunan Indonesia (PI). Ketika Partai Nasional Indonesia (PNI) berdiri di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927, Gatot Mangkoepradja segera menggabungkan diri dengan organisasi yang dipimpin oleh Ir. Soekarno itu. Akibat menjunjung tinggi konsep revolusi Indonesia, maka pada tanggal 24 Desember 1929 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Gatot Mangkoepradja dan para pemimpin PNI lainnya. Penangkapan terhadap Gatot Mangkoepradja baru dapat dilakukan pada tanggal 29 Desember 1929 di Yogyakarta. Gatot ditangkap bersama-sama dengan Ir. Soekarno. Mereka kemudian dibawa ke Bandung dan dijebloskan ke Penjara Banceuy.
Pada tanggal 18 Agustus 1930, Gatot Mangkoepradja mulai dihadapkan ke Landraad Bandung bersama-sama dengan Ir. Soekarno, Maskoen Soemadiredja, dan Soepriadinata. Mereka dijerat dengan tuduhan Pasal 169 bis dan 153 bis Wetboek van Strafrecht (KUHP-nya zaman kolonial). Mereka diadili dengan Hakim Ketua: Mr. Siegenbeek van Heukelom dengan Jaksa Penuntut: R. Soemadisoerja. Peristiwa ini dikenal dengan nama Indonesia Menggugat.
Pada tanggal 25 April 1931, akibat perpecahan PNI menjadi Partindo dan PNI-Baru, maka Gatot Mangkoepradja bergabung dengan Partindo karena ia merasa partai ini mempunyai persamaan ideologi dengan PNI. Namun tak lama, akhirnya ia keluar dari Partindo karena merasa kecewa dengan Soekarno dan bergabung dengan PNI-Baru pimpinan Hatta.
Pada masa penjajahan Jepang, Gatot Mangkoepradja yang telah dikenal baik oleh Jepang diberi wewenang untuk menjalankan Gerakan 3 A yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia. Akan tetapi usaha Jepang ini gagal karena Gatot Mangkoepradja tidak mau kooperatif. Karena penolakan ini maka ia ditahan oleh Kempeitei.
Setelah keluar dari tahanan, ia mengajukan usul kepada Jepang untuk membentuk Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1943 dibentuklah secara resmi Pasukan Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) melalui Osamu Seirei No. 44 Tahun 1943.
Setelah kemerdekaan Gatot Mangkoepradja kembali bergabung dengan PNI pada tahun 1948. Setahun kemudian ia menjabat Sekretaris Jenderal PNI menggantikan Sabillal Rasjad yang ditarik ke BP KNIP. Ia meninggalkan PNI pada tahun 1955 karena kecewa bahwa anggota PNI tidak boleh turut serta dalam organisasi kedaerahan.
Lalu ada Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS) yang dibentuk khusus untuk Pemilu 1955 oleh bekas pimpinan Partai Nasional Indonesia di Jawa Barat ini. Oleh PNI partai ini dianggap sejenis organisasi front. Calon-calon GPPS banyak terdiri dari pejabat pemerintah yang juga anggota PNI. [1]
Setelah peristiwa Gestapu tahun 1965, Gatot Mangkoepradja menyatakan dirinya masuk ke Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia karena partai ini berjuang untuk menyelamatkan Pancasila dari ancaman komunisme.
Gatot Mangkoepradja meninggal dunia pada tanggal 4 Oktober 1968 dan dimakamkan di pemakaman umum SirnaragaBandung.
sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Gatot_Mangkoepradja

Abdul Kadir

Abdul Kadir Gelar Raden Temenggung Setia Pahlawan (lahir: SintangKalimantan Barat1771 - wafat: Tanjung Suka DuaMelawi1875) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dari Melawi. Pada tahun 1845, ia diangkat sebagai Kepala Pemerintahan Melawi yang merupakan bagian dari Kerajaan Sintang. Sebagai pejabat kerajaan ai mendapat gelar Raden temenggung. Ia berhasil mengembangkan potensi perekonomian wilayah ini dan mempersatukan suku Dayak dengan Melayu. Selain itu ia juga berjuang menentang Belanda yang ingin menguasai wilayah ini. Tahun 1999 diangkat sebagai Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden nomor 114 / TK / 1999 tanggal 13 - 10 - 1999[1].

Asal Usul[sunting | sunting sumber]

Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia Pahlawan lahir di Sintang, Kalimantan Barat pada tahun 1771 Masehi. Ayahnya bernama Oerip dan ibunya bernama Siti Safriyah. Ayah Abdul Kadir bekerja sebagai hulubalang atau pemimpin pasukan kerajaan Sintang.

Masa Muda[sunting | sunting sumber]

Abdul Kadir sudah mengabdi sebagai pegawai kerajaan Sintang pada saat usianya masih sangat muda. Selama mengabdi di kerajaan Sintang, ia mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia pernah mendapat tugas dari Raja Sintang untuk mengamankan kerajaan Sintang dari gangguan pengacau dan perampok. Tugas tersebut dapat dilaksanakannya dengan baik.Abdul Kadir kemudian diangkat menjadi pembantu ayahnya yang menjabat sebagai Kepala Pemerintahan kawasan Melawi. Setelah ayahnya wafat, pada tahun 1845, ia diangkat sebagai kepala pemerintahan Melawi menggantikan kedudukan ayahnya. Karena jabatannya itu Abdul Kadir mendapatkan gelar Raden Tumenggung yang diberikan oleh Raja Sintang.

Perjuangan[sunting | sunting sumber]

Dalam perjuangannya, ia berhasil mempersatukan suku-suku Dayak dengan Melayu serta dapat mengembangkan potensi ekonomi daerah Melawi. Namun, ia juga berjuang keras menghadapi ambisi Belanda-datang di Sintang pada tahun 1820-yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya ke daerah Melawi. Dalam menghadapi Belanda, ia memakai strategi peran ganda, yaitu sebagai pejabat pemerintah Melawi ia tetap bersikap setia pada Raja Sintang yang berarti setia pula pada pemerintahan Belanda. Tetapi secara diam-diam ia juga menghimpun kekuatan rakyat untuk melawan Belanda. Ia membentuk kesatuan-kesatuan bersenjata di daerah Melawi dan sekitarnya untuk menghadapi pasukan Belanda. Pada tahun 1866, Belanda memberikan hadiah uang dan gelar Setia Pahlawan kepada Abdul Kadir Raden Tumenggung agar sikapnya melunak dan mau bekerjasama dengan Belanda. Namun Abdul Kadir tidak mengubah sikap dan pendiriannya. Ia tetap melakukan persiapan untuk melawan pemerintahan Belanda. Pada akhirnya di daerah Melawi sering terjadi gangguan keamanan terhadap Belanda yang dilakukan oleh pengikut Abdul Kadir Raden Tumenggung. Pada tahun 1868, Belanda yang marah akibat sering mendapat gangguan keamanan kemudian melancarkan operasi militer ke daerah Melawi. Pertempuranpun tidak bisa dihindari antara pasukan Belanda melawan pengikut Abdul Kadir Raden Tumenggung. Dalam menghadapi Belanda, Abdul Kadir tidak memimpin pertempuran secara langsung, melainkan ia hanya mengatur strategi perlawanan. Sebagai kepala pemerintahan Melawi, ia bisa memperoleh berbagai informasi tentang rencana-rencana operasi militer pemerintah Belanda. Berkat informasi itulah, para pemimpin perlawanan dapat mengacaukan operasi militer Belanda.

Akhir Hidup[sunting | sunting sumber]

Selama tujuh tahun (1868-1875) Abdul Kadir Raden Tumenggung berhasil menerapkan strategi peran ganda, namun akhirnya pemerintah Belanda mengetahuinya. Pada tahun 1875 ia ditangkap dan dipenjarakan di benteng Saka Dua milik Belanda di Nanga Pinoh. Tiga minggu kemudian ia meninggal dunia dalam usia 104 tahun. Jenasahnya dimakamkan di Natali Mangguk Liang daerah Melawi. Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia Pahlawan adalah satu satunya pahlawan yang meninggal dunia pada usia di atas 100 tahun. Tokoh pejuang yang mampu menghimpun serta menggerakkan rakyat untuk melawan Belanda. Pemikirannya untuk melawan penjajah Belanda menjadi contoh bagi perlawanan rakyat selanjutnya. Atas jasa-jasanya dalam perjuangan menghadapi penjajah Belanda, maka pada tahun 1999 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 114/TK/Tahun 1999 tertanggal 13 Oktober 1999, pemerintah Indonesia menganugerahkan Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia Pahlawan sebagai Pahlawan Nasional.

sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Tumenggung_Setia_Pahlawan

Cara Mengaktifkan Modul Timeline pada Adobe Photoshop

Seperti yang kita ketahui bahwa modul TimeLine itu berfungsi untuk membuat animasi 2 Dimensi dengan durasi pendek atau biasa kita sebut dengan animasi .gif, nah sekarang admin akan membahas mengenai cara mengaktifkan modul TimeLine pada Adobe Photoshop.

Admin akan jelaskan fungsi modul TimeLine yang ada di Adobe Photoshop, fungsi modul TimeLine ini itu hanya untuk mengedit video berdurasi pendek atau membuat animasi pendek, admin akan jelaskan dengan melalui gambar yang sudah admin buat di bawah untuk mengaktifkan modul TimeLine tersebut, untuk mempersingkat waktu langsung saja kita bahas.


Pertama-tama kita harus cari tombol tool bar window dikolom tabel tool bar lalu klik jika sudah ketemu di klik tombol tool bar window tersebut atau yang admin sudah ellipse merah pada gambar, langkah selanjutnya lihat gambar ke 2 di bawah ini.


Langkah terakhir cari tombol Timeline klik tombol Timeline tersebut sampe muncul seperti gambar di ini, atau biasanya di tandai dengan checklist di sebelah tulisan Timeline atau dengan mengklik tombol yang sudah admin beri tanda ellipse merah.
baca juga fungsi tombol Tool bar image pada adobe photoshop

berarti komputer atau laptop para pembaca minta di restart, jika tidak keluar juga maka adobe photoshop para fiturnya tidak lengkap. Tenang saja kita di sini akan membahas semuanya silahkan baca artikel admin di bawah ini jika fitur Adobe Photoshop para pembaca tidak lengkap. 


Jika tombol Timeline tidak ada berarti Adobe Photoshop yang pembaca fitur-fiturnya tidak lengkap, tapi biasanya sih, baik itu Adobe Photoshop versi lama maupun Adobe Photoshop versi terbaru, sudah tersedia di dalam applikasi adobe photoshopnya jadi pembaca tidak perlu khawatir jika tombol Timelinenya tidak ada, tinggal searching saja di google, baik itu yang portable maupun yang langsung di install pada window, sekian materi tentang mengaktifkan modul Timeline pada Adobe Photoshop, dan baca juga fungsi tombol Tool bar filter pada adobe photoshop

Semoga Bermaanfaat    

Police Story

Perampokan Bank S uatu pagi yang cerah dengan titik matahari yang sangat indah di ufuk timur bandung ini, terdengar suara yang mengg...