Amir Hamzah III

Setelah menyelesaikan sekolah menengah dan kepulangan singkat ke Sumatera, Amir melanjutkan sekolahnya ke Algemene Middelbare School (AMS, sekolah menengah atas) yang dioperasikan Boedi Oetomo di SurakartaJawa Tengah, di mana ia mempelajari Sastra Timur dan bahasa, termasuk bahasa JawaSansekerta, dan Arab.[20] Lebih suka menyendiri ketimbang hiruk-pikuknya asrama, Amir lebih memilih menyewa kamar di sebuah rumah pribadi yang dimiliki oleh residen Surakarta.[21] Kemudian ia bertemu dengan beberapa orang yang kelak menjadi penulis, termasuk Armijn Pane dan Achdiat Karta Mihardja;[22] mereka segera menemukan bahwa Amir adalah seorang pelajar yang ramah, rajin, dan dengan catatan lengkap dan kamar tidur bersih (selimut dilipat dengan baik, Mihardja kemudian bercerita, bahwa "... lalat jang kesasar akan dapat tergelintjir atasnja"), tetapi juga seorang romantis; cenderung berpikir sedih di bawah cahaya lampu dan mengisolasi diri dari teman-teman sekelasnya.[23]
Di Surakarta Amir bergabung dengan gerakan nasionalis. Dia akan bertemu dengan sesama perantau dari Sumatera dan mendiskusikan masalah sosial rakyat Melayu Nusantara di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Meskipun pemuda berpendidikan kala itu pada umumnya lebih memilih berbicara menggunakan bahasa Belanda, dia bersikeras bercakap dengan bahasa Melayu.[24] Tahun 1930 Amir menjadi kepala cabang dari Indonesia Moeda di Surakarta, menyampaikan pidatonya dalam Kongres Pemuda 1930 dan mengabdi sebagai editor majalah organisasi itu, "Garoeda Merapi".[25] Di sekolah dia kemudian bertemu dan jatuh cinta dengan Ilik Soendari, seorang gadis Jawa yang hampir seusia dengannya.[26] Soendari, putri Raden Mas Koesoemodihardjo, adalah salah satu dari sedikit siswa perempuan di sekolah tersebut, dan rumahnya berada di dekat salah satu yang pernah ditinggali Amir. Menurut Dini, keduanya semakin dekat, Amir mengajari Soendari bahasa Arab, dan Soendari mengajarinya bahasa Jawa.[27] Mereka segera bertemu setiap hari, bercakap-cakap tentang berbagai topik.[28]
Ibunda Amir meninggal pada tahun 1931, dan ayahnya setahun setelahnya; pendidikan Amir pun tidak bisa dibiayai lagi. Setelah studi AMS-nya rampung, ia ingin terus belajar di sekolah hukum di Batavia. Karena itu, ia menulis kepada saudaranya, Jakfar yang mengatur agar biaya sisa studinya dibayar oleh Sultan Langkat. Pada tahun 1932 Amir mampu kembali ke Batavia dan memulai studi hukumnya,[29] mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai guru.[30] Pada awalnya, hubungannya dengan Soendari dilanjutkan melalui surat, meskipun Soendari segera melanjutkan studinya di Lembang, sebuah kota yang jauh lebih dekat jaraknya ke Batavia daripada Surakarta, hal ini memungkinkan keduanya untuk bertemu diam-diam[31] – ketika orangtua Soendari mengetahui hubungan mereka, Amir dan Soendari pun dilarang untuk bertemu.[32]
Tahun tersebut, dua puisi pertama Amir, "Soenji" (EYD":"Sunyi") dan "Maboek ..." (EYD:"Mabuk"), diterbitkan dalam edisi Maret majalah Timboel. Delapan karyanya yang lain dipublikasikan tahun itu, termasuk sebuah syair berdasarkan Hikayat Hang Tuah,[33] tiga puisi lainnya, dua potong puisi prosa, dan dua cerita pendek; puisi itu kembali diterbitkan dalam Timboel, sementara prosa tersebut terbit dalam majalah Pandji Poestaka.[34] Sekitar September 1932 Armijn Pane, atas dorongan dari Sutan Takdir Alisjahbana, editor rubrik "Memadjoekan Sastera " (EYD:"Memajukan Sastra ", rubrik sastra Pandji Poestaka), mengundang Amir untuk membantu mereka mendirikan majalah sastra independen.[35] Amir menerima, dan ditugasi menulis surat untuk meminta kiriman tulisan.[35] Sejumlah lima puluh surat dikirimkan Amir kepada penulis-penulis yang sudah dikenal kala itu, termasuk empat puluh dikirimkan ke para kontributor "Memadjoekan Sastera".[36] Setelah beberapa bulan persiapan, edisi awal diterbitkan pada bulan Juli tahun 1933,[37] dengan judul Poedjangga Baroe. Majalah baru ini ada di bawah kendali editorial Armijn dan Alisjahbana,[38]sementara Amir menerbitkan hampir semua tulisan-tulisannya yang berikutnya di sana.[34]
Pada pertengahan 1933 Amir dipanggil kembali ke Langkat, di mana Sultan Langkat memberitahukan dua syarat yang harus Amir penuhi untuk melanjutkan studinya, yaitu menjadi siswa yang rajin, dan meninggalkan gerakan kemerdekaan Indonesia.[39] Meskipun menghadapi penolakan Sultan Langkat, Amir menjadi terlibat lebih jauh dalam gerakan nasionalis, membawa dia ke bawah pengawasan Belanda yang semakin meningkat.[40] Ia terus melanjutkan untuk menerbitkan karyanya dalam Poedjangga Baroe, termasuk serangkaian lima artikel tentang Sastra Timur dari bulan Juni sampai Desember 1934 dan terjemahan dari Bhagawad Gita dari 1933 sampai 1935.[34] Namun studi hukumnya menjadi tertunda, bahkan belum merampungkan studinya pada tahun 1937.[41]

sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Hamzah

Amir Hamzah II

Riwayat hidup[sunting | sunting sumber]

Masa kecil[sunting | sunting sumber]

Amir lahir dengan nama Tengkoe Amir di Tanjung PuraLangkatSumatera Utara, putra bungsu dari Wakil Sultan Tengkoe Moehammad Adil dan istri ketiganya, Tengkoe Mahdjiwa. Tengkoe Moehammad Adil merupakan Wakil Sultan untuk Luhak Langkat Hulu yang berkedudukan di Binjai. Berdasarkan silsilah keluarga istana Kesultanan Langkat, Amir Hamzah adalah generasi ke-10 dari Sultan Langkat. Melalui ayahnya, ia terkait dengan Sultan Langkat kala itu, Machmoed. Kepastian tanggal lahir Amir diperdebatkan, tanggal resmi yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah 28 Februari 1911, tanggal yang digunakan Amir sepanjang hidupnya. Namun kakaknya, Abdoellah Hod menyatakan bahwa Amir lahir pada tanggal 11 Februari 1911. Amir kemudian mengambil nama kakeknya, Tengkoe Hamzah, sebagai nama keduanya; sehingga ia disebut sebagai Amir Hamzah. Meskipun seorang anak bangsawan, dia sering bergaul dalam lingkungan non-bangsawan.[2] Amir Hamzah menghabiskan masa kecil di kampung halamannya. Oleh teman sepermainannya, Amir kecil biasa dipanggil dengan sebutan "Tengku Busu" ("tengku yang bungsu"). Said Hoesny, sahabat Amir pada masa kecilnya menggambarkan bahwa Amir adalah anak manis yang menjadi kesayangan semua orang.
Diketahui bahwa Amir dididik dalam prinsip-prinsip Islam, seperti mengajifikih, dan tauhid, dan belajar di Masjid Azizi di Tanjung Pura dari usia muda.[3] Dia tetap seorang Muslim yang taat sepanjang hidupnya. Periode di mana ia menyelesaikan studi formal juga diperdebatkan. Beberapa sumber, termasuk pusat bahasa pemerintah Indonesia, menyatakan bahwa ia mulai bersekolah pada tahun 1916,[4] sementara biografer M. Lah Husny menulis bahwa tahun pertama sekolah formal penyair ini adalah pada tahun 1918.[5] Di sekolah dasar berbahasa Belanda di mana Amir pertama kali belajar, ia mulai menulis[6] dan mendapat penilaian-penilaian yang bagus; [7] dalam biografi yang ditulisnya tentang Amir, penulis Nh. Dini menulis bahwa Amir dijuluki "abang" oleh teman-teman sekelasnya karena ia jauh lebih tinggi daripada mereka.[3]
Pada tahun 1924[8]atau 1925,[9] Amir lulus dari sekolah dasarnya di Langkat dan pindah ke Medan untuk belajar di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO, sekolah menengah pertama) di sana.[10] Setelah menyelesaikan studinya sekitar dua tahun kemudian, ia memasuki hubungan formal dengan sepupunya dari pihak ibunya, Aja[b] Bun.[11] Husny menulis bahwa keduanya sengaja dipertemukan dan dijodohkan untuk menikah oleh orang tua mereka,[12] namun Dini menganggap hubungan tersebut sebagai sumpah untuk menjadi selalu setia.[13] Karena orang tuanya mengizinkannya untuk menyelesaikan studinya di Jawa, Amir kemudian pergi ke ibu kota kolonial Hindia Belanda di Batavia (sekarang Jakarta) untuk menyelesaikan studinya.[12]

Belajar di Jawa[sunting | sunting sumber]

Amir pergi ke Pulau Jawa sendirian, dalam perjalanan di laut selama tiga hari di kapal Plancus.[14][15] Setelah tiba di Batavia, ia masuk di Christelijk MULO Menjangan, di mana ia menyelesaikan tahun SMP terakhirnya.[12] Anthony H. Johns dari Australian National University menulis bahwa di sekolah ini Amir mempelajari beberapa konsep dan nilai-nilai Kekristenan.[16] Di Batavia, Amir juga terlibat dalam organisasi sosial Jong Sumatera.[17] Saat periode ini pemuda Amir menulis puisi pertamanya. Husny menulis bahwa Amir patah hati setelah menemukan Aja Bun telah menikah dengan pria lain tanpa sepengetahuan Amir (mereka berdua tidak pernah berbicara lagi),[18] sementara Dini berpendapat bahwa puisi "Tinggallah " ditulis tidak lama setelah Amir naik kapal Plancus, saat ia sangat rindu dengan ayah bundanya.[19]

sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Hamzah

Amir Hamzah 1

Tengkoe Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera, atau lebih dikenal hanya dengan nama pena Amir Hamzah (lahir di Tanjung PuraLangkatSumatera TimurHindia Belanda28 Februari 1911 – meninggal di Kwala BegumitBinjaiLangkatIndonesia20 Maret 1946 pada umur 35 tahun) [a] adalah sastrawan Indonesia angkatan Poedjangga Baroe dan Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir dari keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat di Sumatera Utara, ia dididik di Sumatera dan Jawa. Saat berguru di SMA di Surakarta sekitar 1930, pemuda Amir terlibat dengan gerakan nasionalis dan jatuh cinta dengan seorang teman sekolahnya, Ilik Soendari. Bahkan setelah Amir melanjutkan studinya di sekolah hukum di Batavia (sekarang Jakarta) keduanya tetap dekat, hanya berpisah pada tahun 1937 ketika Amir dipanggil kembali ke Sumatera untuk menikahi putri sultan dan mengambil tanggung jawab di lingkungan keraton. Meskipun tidak bahagia dengan pernikahannya, dia memenuhi tugas kekeratonannya. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, ia menjabat sebagai wakil pemerintah di Langkat. Namun siapa nyana, pada tahun pertama negara Indonesia yang baru lahir, ia meninggal dalam peristiwa konflik sosial berdarah di Sumatera yang disulut oleh faksi dari Partai Komunis Indonesia dan dimakamkan di sebuah kuburan massal.
Amir mulai menulis puisi saat masih remaja: meskipun karya-karyanya tidak bertanggal, yang paling awal diperkirakan telah ditulis ketika ia pertama kali melakukan perjalanan ke Jawa. Menggambarkan pengaruh dari budaya Melayu aslinya, IslamKekristenan, dan Sastra Timur, Amir menulis 50 puisi, 18 buah puisi prosa, dan berbagai karya lainnya, termasuk beberapa terjemahan. Pada tahun 1932 ia turut mendirikan majalah sastra Poedjangga Baroe. Setelah kembali ke Sumatera, ia berhenti menulis. Sebagian besar puisi-puisinya diterbitkan dalam dua koleksi, Njanji Soenji (EYD: "Nyanyi Sunyi", 1937) dan Boeah Rindoe (EYD: "Buah Rindu", 1941), awalnya dalam Poedjangga Baroe, kemudian sebagai buku yang diterbitkan.
Puisi-puisi Amir sarat dengan tema cinta dan agama, dan puisinya sering mencerminkan konflik batin yang mendalam. Diksi pilihannya yang menggunakan kata-kata bahasa Melayu dan bahasa Jawa dan memperluas struktur tradisional, dipengaruhi oleh kebutuhan untuk ritme dan metrum, serta simbolisme yang berhubungan dengan istilah-istilah tertentu. Karya-karya awalnya berhubungan dengan rasa rindu dan cinta, baik erotis dan ideal, sedangkan karya-karyanya selanjutnya mempunyai makna yang lebih religius. Dari dua koleksinya, Nyanyi Sunyi umumnya dianggap lebih maju. Untuk puisi-puisinya, Amir telah disebut sebagai "Raja Penyair Zaman Poedjangga Baroe" (EYD:"Raja Penyair Zaman Pujangga Baru") dan satu-satunya penyair Indonesia berkelas internasional dari era pra-Revolusi Nasional Indonesia.[1]

sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Hamzah

Teknik Mengukir dengan Media Kayu

Mengukir dengan media kayu sudah mendominasi di kalangan seniman ukir sejak berabad-abad tahun yang lalu. Kebanyakan orang menggunakan hanya untuk hobi atau kesenangan, ada juga yang bisa kita sebut sebagai untu mencari nafkah. Sebenarnya sudah terdapat banyak proses untuk mengukir pada media kayu ini, baik itu dari proses yang paling sederhana maupun proses mengukir dengan tingkat kesulitan dan butuh penguasaan yang kompleks. Cara yang bisa digunakan untuk mengukir dengan media kayu, bisa dimulai dari pemotongan kayu utuh hingga memahat sampai teknik finishing. Berikut adalah beberapa proses dan teknik paling mudah dan paling efektif untuk membantu para pembaca mengawali pembuatan ukiran kayu.
Penuaian kayu adalah hal yang paling awal untuk membuat pola ukiran. Menuai pada sebuah kayu datar untuk membuat pola ukiran sehingga tampak menjadi tiga dimensi. Kemudian setelah mendapatkan ukuran yang kita inginkan, lalu dapat menuai kayu secara tepat dengan menggunakan teknik penuaian ini biasanya digunakan dengan sebuah gergaji manual ataupun mesin.
Mendesain ukiran dengan alat gambar seperti biasa. Namun perlu kita ketahui bahwa kayu adalah benda padat yang berserat. Kita harus bisa menggambar dengan alat tulis yang cukup tebal agar tidak mudah terkikis dan terserap kayu. kita juga bisa menggunakan pola teknik menggambar langsung, dengan cara menempel. Proses ini sangat sering digunakan karena cukup mudah. Kita hanya perlu untuk mengeprint atau memfoto copy gambar, kemudian menempelkan dengan lem pada bilah kayu yang kita akan ukir.
Alat pahat, palu dan meteran adalah hal yang paling wajik kita miliki untuk mengukir kayu. Palu ukir terbuat dari kayu yang keras, gunanya agar tidak cepat saat terkena pahat besi. Untuk pahat biasanya terbuat dari besi dengan gaya sedemikian rupa sehingga berbentuk benda runcing dan tajam untuk mengerik dan mengolah kayu. Sedangkan meteran berfungsi untuk memberi jarak dan ukuran yang kita butuhkan jika ada gambar pola atau tempelan pola ukir yang kurang jelas. Jangan sampai kita tidak bisa memberikan ukuran yang pas pada ukiran, karena ini akan berpengaruh pada ukiran yang sudah jadi nantinya.
Proses mengukir kayu di bedakan menjadi dua bagian, yang pertama untuk ukiran dua dimensi (benda seni untuk benda pakai seperti, kursi, meja, dipan dan lain-lain) dan teknik ke dua untuk ukiran tiga dimensi (digunakan untuk mengukir ukiran seperti relung yang di ukir sampai bawah dan runcing) teknik dua dimensi ini terdiri dari gaya kayu dari sebuah papan datar dari kayu yang hanya di beri cekungan atau lekukan yang tidak terlalu dalam. Penciptaan model ini tidak terlalu sulit karena kita hanya perlu meluruskan atau mengikuti pola yang sudah kita buat sebelumnya. Sedangkan teknik tiga dimensi ada teknik yang cukup sulit dan rumit. Teknik tiga dimensi pengerjaannya melalui pola yang sembarang dengan motif dari pengrajin ukir itu sendiri. Meskipun sudah tergambar polanya. Namun hal itu tidak berpengruh karena nantinya akan tetap diberikan sentuhan-sentuhan ukiran yang sepantasnya. Tetapi tentunya dengan kreasi tangan yang terbaik oleh seniman ukir tersebut.

Teknik memfinishing ukiran yang sudah jadi memerlukan ketelitian atau keterampilan tersendiri. Cara terakhir ini yang akan menjadikan ukiran itu terlihat baik atau menarik atau biasa saja. Kita juga harus pintar dan jeli memilih pengerjaan finishing untuk ukiran kita. Di dalam proses pengerjaan finishing dua dimensi, amplas dan bahan warna kayu cukup mendominasi. Misal benda pakai seperti meja dan kursi, kita hanya perlu menghaluskan atau meratakan lalu kemudian mewarnai agar terlihat lebih indah, sedangkan untuk cara finishing tiga dimensi kita perlu teknik yang lebih. Terkadang seniman ukiran tiga dimensi tidak perlu bahan warna untuk ukirannya, karena hal itu menjaga agar ukiran terlihat tetap alami. Atau bahkan kalau diperlukan bahan warna, kita bisa memilih bahan-bahan natural. Karena warna natural akan tetap membarikan sisi keindahan asli kayu. Beberapa seniman ukir jepara hanya lebih mewarnai bingkai pada ukiran tiga dimensi.

Teknik Seni Pahat

Salah satu karya seni khas indonesia adalah seni ukir dan pahat, Alam yang kaya raya telah memberi inspirasi kepada masyarakat yang berpikir kreatif, seperti tercermin dari seni ukir yang kemudian melahirkan beragam jenis, tergantung kepada kreativitas dan daya dukung alam yang kaya. Khusus untuk seni ukir yang berbahan dasar kayu, semakin beragam karena didukung oleh alam indonesia yang memiliki hutan tropis sehingga menghasilkan kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar untuk mengukir.
Berbeda dengan seni ukir modern, seni ukir yang tradisional lahir tidak saja sebagai karya seni dan tujuan untuk berkesenian, melainkan sangat terikat erat dengan berbagai persoalan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat tradisional. Dengan demikian seni ukir tradisional ini pada awalnya bisa lahir karena untuk persembahan kepada leluhur sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Di Indonesia seni ukir sudah ada sejak zaman prasejarah, yaitu pada zaman batu muda. Pada zaman itu manusia sudah mengenal perkakas untuk keperluan rumah tangga serta benda-benda yang terbuat dari kayu dan gerabah. Dilihat dari jenisnya, ukiran dibagi menjadi: ukiran tembus, ukiran rendah, ukiran tinggi, dan ukiran utuh.
sebelum kita mempelajari cara atau teknik mengukir ada beberapa hal yang perlu kita ketahui diantaranya adalah sebagai berikut.
Motif Ukir
Setiap daerah memiliki ciri khas motif ukiran. Penamaan ukiran biasanya berdasarkan tempat dari mana motif itu berasal. Misalnya, motif Pajajaran, motif Mataram, motif Majapahit, motif Bali, motif Jepara, motif Madura, motif Dayak, motif Nias, motif Pekalongan, motif Cirebon, motif Yogyakarta dan motif Surakarta. Masing-masing motif memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi kekuatan dan kekayaan ragam hias seni ukir nusantara.
Dari berbagai macam motif tersebut ada beberapa yang memiliki persamaan, seperti motif relung, patran, ulir, benangan, cawen, pecahan, angkup, endong, simbar, trubusan, cula, sunggar, danjambul. Jenis ukiran ini memiliki kesamaan dalam bentuknya namun pada akhirnya memiliki sentuhan tersendiri sehingga tetap saja dengan mudah dapat dibedakan.
Alat Ukir
Alat untuk mengukir adalah pahatan, palu, batu asah, sikat. Untuk mengukir dengan menggunakan media batu, kayu, atau bambu memiliki jenis pahatan yang berbeda.
Berikut ini adalah jenis-jenis pahat ukir.
1. Pahat penyiku yaitu pahat yang bagian ujung pahatnya melengkung sesuai dengan fungsinya untuk memahat bagian-bagian yang melengkung. Membuat ragam lingkaran, bulatan daun, bulatan bunga, sisi wajah manusia, menggunakan pahat penyiku ini.
2. Pahat penyilat, yaitu pahat yang bentuknya lurus sesuai dengan fungsinya untuk mengukir bagian-bagian yang lurus. Pada seni ukir yang berasal dari suku Asmat kebanyakan menggunakan pahat penyilat, sehingga ragam pahatannya lurus dan tegak.
3. Pahat kol, yaitu jenis pahat lengkung yang bagian ujungnya untuk membuat bentuk cekungan. Membuat cekungan harus menggunakan pahatan ini, tidak bisa dengan pahatan lain. Menimbulkan efek dua dimensi adalah dengan menggunakan pahat kol ini. Dengan demikian pada permukaan datar akan didapat kedalaman-kedalaman tertentu sesuai dengan benda atau barang yang menjadi sumber inspirasi pahatan yang terdapat di alam yang bentuknya tiga dimensi.
4. Pahat pongot, pahat yang bentuknya menyudut ke arah kiri atau kanan, berfungsi untuk membersihkan sudut-dudut pada ukiran. Kehalusan hasil akhir ukiran sangat tergantung pada keterampilan pengukir atau pemahat menggunakan pahat pongot ini.

Teknik-teknik yang digunakan untuk mengukir kayu dari berbagai pemotongan untuk memahat. Berikut adalah beberapa teknik termudah dan paling efektif untuk membantu Anda membuat ukiran kayu.
Carving
Adalah seni chipping dan memotong pada bagian datar dari kayu untuk membuat ukiran agar tampaknya menjadi tiga dimensi. Teknik ini biasanya dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti pahat dan palu, pisau ukir meskipun sering digunakan untuk memperjelas detail. Dalam ukiran relief, pengrajin pahat kayu membuat gambar terlebih dahulu kemudia mulai mengukir kayu hingga tampak bagian yang timbul seperti relief.
Chip Carving
Teknik ukiran Chip biasanya digunakan pada potongan-potongan yang lebih besar dari pekerjaan seperti tunggul pohon atau kayu, dan menggunakan kapak dan pahat yang lebih besar. Teknik ini untuk membuat karya yang besar seperti patung, dan ini melibatkan proses yang rumit.
Pembakaran kayu
Pembakaran kayu adalah teknik terutama digunakan untuk menambah desain untuk finishing kayu, tetapi beberapa pemahat benar-benar menggunakan metode pembakaran untuk mengukir kayu kecil. Kayu yang dibakar akan menghitam di sekitar ukiran akhir dan memperjelas kesan sehingga tapak lebih hidup.
Mengerik
Mengerik adalah salah satu cara tertua dan paling sederhana dalam teknik memahat kayu. Teknik ini melibatkan tidak lebih dari sepotong kayu dan pisau ukir. Berlatih seni ini ternyata cukup rumit walaupun tampaknya sangat mudah, bagi pemula untuk membuat ukiran dari teknik ini dapat menghabiskan waktu setengah jam. Dalam banyak kasus, pemahat kayu yang sudah terampil dapat menggunakan pisau dengan ukuran terkecil untuk memperjelas detail dari ukirannya.
itu semua adalah teknik dan proses pembuatan sebuah ukiran tangan akhir kata dari admin, semoga bermanfaat...
sumber
http://www.kerajinan.id/1555/teknik-seni-ukir-dan-pahat-khas-indonesia.html

Proteksi Speake pada Power Ampli


Power Audio Sound System - Saya mengalami kendala saat menginstalasi speaker system baru pada tempat aku bekerja. Speaker ini untuk keperluan upacara mingguan yang nantinya akan dipasang permanen. Speaker, mixer, microphone semuanya baru cuma hanya power amplifiernya saja yang sudah lama dan akan saya aktifkan untuk keperluan ini. Proses yang saya lakukan waktu itu adalah menginstalasi kabel, memasang connector speakon, menyusun perangkat pada rack sound system.

Setelah semua terpasang dan dirakit dengan baik maka berikutnya adalah melakukan check sound dengan cara memasang musik yang saya tancap pada Mixer. Sebelumnya, semua Connector dan kabel yang menuju ke arah speaker (High End) telah saya colokkan pada output power Amplifier pada jalur kiri namun untuk jalur kanan belum saya rakit untuk conecctor speakonnya, maksud hati sambil merakit dan membereskan yang lain sambil mendengarkan musik. Saya nyalakan perangkat dan mengatur level suara baik yang ada di mixer dan juga di Power Amplifier. Hanya pada jalur Channel A (jalur speaker kiri) yang terhubung ke speaker dan yang sebelahnya lagi saya kecilkan Level Channel B (jalur speaker kanan). Setelah saya nyalakan ternyata saya melihat lampu proteksi menyala sebelah pada jalur channel B pada Power Amplifier ini.

Kondisi lampu yang menyala pada channel B ini berkibat tak ada sinyal keluar di output menuju speaker B. Saya berpikir bahwa Power Amplifier ini dalam masalah dan perlu diperbaiki. Tak tahu apa kerusakannya. Biasanya proteksi terjadi karena bagian blok Final penguat pada Power ini ada yang rusak (konslet).

Sebelum Power Amplifier ini saya bongkar untuk diperbaiki, saya juga menceritakan hal ini pada media sosial. Saya menulis pada media tersebut dega isi apakah teman-teman pernah mengalami kedala seperti ini. ada respon yang sanagt mengena dengan kondisi yang saya alami. 
Power Audio Sound System
Dialog dengan pak Benjamin Sugiaman - Proteksi Speker pada Power Audio Sound System

Mendeteksi Kerusakan Power Amplifier Sound System Lexion 3000

Power Audio Sound System - Hal pertama yang saya lakukan adalah mengecek bagian penguat akhir pada power sound system ini. Penguat akhir ini mengguakan transistor MOSFET yang terdiri dari 8 pasang transistor yag sama. Saya cari bagian mana yang ngeshort atau hubungan singkat. Waktu saya ukur ternyata semua dalam kondisi baik.
Tahap berikutnya adalah mengecek badian penguat tingkat Buffer dan ternyata dalam kondisi baik. Lalu dimana letak kerusakan Power Audio Sound System ini?

Untuk mengetahui dimana kerusakan ini secara nyata adalah dengan cara mencopot semua Final Transistor dengan nomor TTA1943 dan TTC2500 diluar PCB. Saya ukur semua Transistor yang sudah dibuka/ dilepas dengan solder tadi dengan AVO meter kalibrasi x100 Ohm dan  kemudian kalibrasi 10 Ohm lalu saya menemukan hanya 1 pasang (1 set) Transistor ini yang mengalami hubungan pendek (kontak/ jebol).

Mendeteksi Kerusakan Power Amplifier Sound System Lexion 3000
Final dan Heatsink  Power Amply Lexion 3000

Ganti Transistor Final TTA1943 dan TTC2500 pada Power Amplifier

Setelah yakin tidak ada lagi peralatan yang rusak maka yang saya lakukan adalah menggantikan Transistor yang rusak ini dengan yang baru, lalu saya mencoba menghidupkan Power Amplifier tanpa beban Speaker. Sewaktu saya nyalakan ternyata lampu proteksi speaker yang sebelumnya menyala kini tidak menyala lagi setelah saya menggantikan Transistor yang rusak tadi (A1943 dan C2500) dengan yang baru. Lalu saya coba check dengan menggunakan speaker, dan suara keluar dengan normal.
Power Amplifier Lexion 3000 kini telah bisa digunakan dengan normal.

Tunggu Update Terbaru pada halaman situs ini

Saya akan melakukan update bila saya telah mendapati permasalahan pada kerusakan akibat Proteksi Speaker pada Power Audio Sound System ini.

Baca juga tentang : Menyesuaikan Rating Power Amplifier ke Speaker System.

Terimakasih atas Kunjungan anda.

John Lie

Laksamana Muda TNI (Purn.) John Lie Tjeng Tjoan李约翰, atau yang lebih dikenal sebagai Jahja Daniel Dharma (lahir di ManadoSulawesi Utara9 Maret 1911 – meninggal di Jakarta27 Agustus 1988 pada umur 77 tahun) adalah salah seorang perwira tinggi di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dari etnis Tionghoa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Terdapat versi lain atas tanggal lahirnya yaitu 11 Maret 1911.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Ia lahir dari pasangan suami isteri Lie Kae Tae dan Oei Tjeng Nie Nio. Ayahnya (Lie Kae Tae) pemilik perusahaan pengangkutan Vetol (Veem en transportonderneming Lie Kay Thai). Sebagaimana yang diceritakan oleh Rita Tuwasey Lie, keponakan John Lie, menginjak usia 17 tahun, John Lie kabur ke Batavia karena ingin menjadi pelaut. Di kota ini, sembari menjadi buruh pelabuhan, ia mengikuti kursus navigasi. Setelah itu John Lie menjadi klerk mualim III pada kapal Koninklijk Paketvaart Maatschappij, perusahaan pelayaran Belanda. Pada 1942, John Lie bertugas di Khorramshahr, Iran, dan mendapatkan pendidikan militer. Ketika Perang Dunia II berakhir dan Indonesia merdeka, dia memutuskan bergabung dengan Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) sebelum akhirnya diterima di Angkatan Laut RI. Semula ia bertugas di Cilacap, Jawa Tengah, dengan pangkat Kapten. Di pelabuhan ini selama beberapa bulan ia berhasil membersihkan ranjau yang ditanam Jepang untuk menghadapi pasukan Sekutu. Atas jasanya, pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor. Kemudian dia memimpin misi menembus blokade Belanda guna menyelundupkan senjata, bahan pangan, dan lainnya. Daerah operasinya meliputi Singapura, Penang, Bangkok, Rangoon, Manila, dan New Delhi.

Karier angkatan laut[sunting | sunting sumber]

Sebagai penyelundup[sunting | sunting sumber]

Ia lalu ditugaskan mengamankan pelayaran kapal yang mengangkut komoditas ekspor Indonesia untuk diperdagangkan di luar negeri dalam rangka mengisi kas negara yang saat itu masih tipis. Pada masa awal (tahun 1947), ia pernah mengawal kapal yang membawa karet 800 ton untuk diserahkan kepada Kepala Perwakilan RI di SingapuraUtoyo Ramelan. Sejak itu, ia secara rutin melakukan operasi menembus blokade Belanda. Karet atau hasil bumi lain dibawa ke Singapura untuk dibarter dengan senjata. Senjata yang mereka peroleh lalu diserahkan kepada pejabat Republik yang ada di Sumatera seperti Bupati Riau sebagai sarana perjuangan melawan Belanda. Perjuangan mereka tidak ringan karena selain menghindari patroli Belanda, juga harus menghadang gelombang samudera yang relatif besar untuk ukuran kapal yang mereka gunakan.
Untuk keperluan operasi ini, John Lie memiliki kapal kecil cepat, dinamakan the Outlaw. Seperti dituturkan dalam buku yang disunting Kustiniyati Mochtar (1992), paling sedikit sebanyak 15 kali ia melakukan operasi "penyelundupan". Pernah saat membawa 18 drum minyak kelapa sawit, ia ditangkap perwira Inggris. Di pengadilan di Singapura ia dibebaskan karena tidak terbukti melanggar hukum. Ia juga mengalami peristiwa menegangkan saat membawa senjata semiotomatis dari Johor ke Sumatera, dihadang pesawat terbang patroli Belanda. John Lie mengatakan, kapalnya sedang kandas. Dua penembak, seorang berkulit putih dan seorang lagi berkulit gelap tampaknya berasal dari Maluku, mengarahkan senjata ke kapal mereka. Entah mengapa, komandan tidak mengeluarkan perintah tembak. Pesawat itu lalu meninggalkan the Outlaw tanpa insiden, mungkin persediaan bahan bakar menipis sehingga mereka buru-buru pergi.
Setelah menyerahkan senjata kepada Bupati Usman Effendi dan komandan batalyon Abusamah, mereka lalu mendapat surat resmi dari syahbandar bahwa kapal the Outlaw adalah milik Republik Indonesia dan diberi nama resmi PPB 58 LB. Seminggu kemudian John Lie kembali ke Port Swettenham di Malaya untuk mendirikan pangkalan AL yang menyuplai bahan bakar, bensin, makanan, senjata, dan keperluan lain bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.


Akhir karier militer[sunting | sunting sumber]


Pada awal 1950 ketika ada di Bangkok, ia dipanggil pulang ke Surabaya oleh KASALLaksamana TNI R. Soebijakto dan ditugaskan menjadi komandan kapal perang Rajawali. Pada masa berikut ia aktif dalam penumpasan RMS (Republik Maluku Selatan) di Maluku lalu PRRI/Permesta. Ia mengakhiri pengabdiannya di TNI Angkatan Laut pada Desember 1966 dengan pangkat terakhir Laksamana Muda.
Menurut kesaksian Jenderal Besar TNI AH. Nasution pada 1988, prestasi John Lie ”tiada taranya di Angkatan Laut” karena dia adalah ”panglima armada (TNI AL) pada puncak-puncak krisis eksistensi Republik”, yakni dalam operasi-operasi menumpas kelompok separatis Republik Maluku Selatan, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, dan Perjuangan Rakyat Semesta.

Kehidupan pribadi dan kematian[sunting | sunting sumber]

Kesibukannya dalam perjuangan membuat ia baru menikah pada usia 45 tahun, dengan Pdt. Margaretha Dharma Angkuw. Pada 30 Agustus 1966 John Lie mengganti namanya dengan Jahja Daniel Dharma.
Ia meninggal dunia karena stroke pada 27 Agustus 1988 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan KalibataJakarta. Atas segala jasa dan pengabdiannya, ia dianugerahi Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto pada 10 Nopember 1995Bintang Mahaputera Adipradana dan gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 November 2009.
Terdapat beberapa buku dan liputan mengenai John Lie, sebagai berikut:
  1. “Guns—And Bibles—Are Smuggled to Indonesia”, yang terbit pada 26 Oktober 1949, oleh Roy Rowan, wartawan majalah Life.
  2. "John Lie Penembus Blokade Kapal-kapal Kerajaan Belanda" yang terbit pada 1988, oleh Solichin Salam.
  3. "Dari Pelayaran Niaga ke Operasi Menembus Blokade Musuh Sebagaimana Pernah Diceritakannya Kepada Wartawan" yang dimuat dalam buku "Memoar Pejuang Republik Indonesia Seputar 'Zaman Singapura' 1945-1950" karya Kustiniyati Mochtar terbitan Gramedia Pustaka Utama, 2002.
  4. "Memenuhi Panggilan Ibu Pertiwi: Biografi Laksamana Muda John Lie" (2008), yang diterbitkan Penerbit Ombak, Yogyakarta dan Yayasan Nabil, oleh M Nursam
sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/John_Lie

Police Story

Perampokan Bank S uatu pagi yang cerah dengan titik matahari yang sangat indah di ufuk timur bandung ini, terdengar suara yang mengg...